Rabu, Februari 25, 2009

Pencegahan dengan Thahharâh

Ikhwâfillâh....

Islâm merupakan agama yang sangat menekankan dan menmperhatikan tentang bersuci….
Secara umum, thaharâh bisa diartikan sebagai membersihkan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu yang biasa dipakai manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bisa juga diartikan sebagai menyucikan hati, jiwa dan bathîn.
Islâm datang sejak 14 abad yang lalu, yaitu untuk membersihkan manusia dari berbagai bentuk tindakan jahiliyyah, baik berupa aqidah, akhlak, etika maupun tata krama kehidupan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga lahir dan bathin dari berbagai penyakit yang merusak anggota badan dan jiwa.

Allâh tabâraka wa ta’âlâ telah menjelaskan bahwa orang-orang yang suka membersihkan diri termasuk orang-orang yang dicintai-Nya. Allâh berfirman :

”Sesungguhnya Allâh menyukai orang-orang yang bertobat danmenyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Bâqarah (2) : 222)

Pada ayat yang lain, Allâh berfirman :

”dan bersihkanlah pakaianmu.” (QS. Al-Muddatstsîr (74) : 4)

”Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan shalat, basuhlah muka kalian dan kedua tangan kalian sampai dengan siku; sapulah kepala kalian; dan (basuhlah) kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki; dan jika kalian junub, bersucilah (mandilah)... ” (QS. Al-Mâ-idah (5) : 6)

Berdasarkan ilmiah, thahârah akan memberikan manfaat bagi yang melakukannya sebagai penangkal dari berbagai jenis penyakit. Disamping itu pula, setiap bentuk ibadah dalam Islâm dilaksanakan atas dasar thahharâh.

Ikhwâfillâh....

Agama yang hanîf (lurus) telah mewajibkan kepada setiap laki-laki muslîm untuk berthahharâh (mandi besar) ketika junub. Dan mewajibkan kepada perempuan muslîmah untuk berthahharâh baik itu ketika junub, sehabis haidh maupun sehabis nifas.

Meskipun tujuan mandi utamanya adalah mandi besar, tetapi para ahli kedokteran Islâm telah menemukan manfaat mandi besar tersebut, yakni menghilangkan rasa lemah, meningkatkan gairah semangat dan mengembalikan vitalitas seorang muslîm yang akan melakukan berbagai aktivitas ibadah.

• Kenapa Islâm sangat memperhatikan thahharâh ?

Jika kita lihat dalam tingkatan hukum, bahwa Islâm memperhatikan thahharâh ini karena adanya perintah yang mewajibkan seorang muslim untuk bersuci saat akan melaksanakan shalat. Karena dengan thahharâh ini ketika shalat akan menghilangkan berbagai kotoran dari seluruh anggota tubuh.

Rasulullâh SAW pernah mendengar dari dua kuburan yang sedang disiksa, beliau bersabda :

”Kedua penghuni kuburan ini sedang disiksa, tetapi keduanya disiksa bukan lantaran dosa yang berat untuk ditinggalkan. Yang satu disiksa karena tidak hati-hati saat kencing (sehingga air kencingnya memerciki pakaian atau tubuhnya, lalu shalat begitu saja), sedangkan yang satunya lagi karena suka berjalan di anantara manusia dengan menebarkan api permusuhan di anatara mereka.”

Diantara penyebab siksa kubur itu adalah tidak menjaga kebersihan diri dan pakaian dari buang air kecil (kencing).

Jika sudah faham tentang thahharâh ini, perlu diperhatikan ketika hendak melaksanakan ibadah shalat. Karena tidak akan sah, bila seseorang melakukan ibadah shalat tidak disertai dengan thahharâh atau bersuci terlebih dahulu.

Ikhwâfillâh....

Rasulullâh SAW memiliki kepribadian yang sempurna, dan kita akan melihat bagaimana cara Rasulullâh SAW dalam melakukan thahharâhnya saat mandi maupun wudhu’.

Sayyidah ’Aisyah radhiyyallâhu’anhum berkata :

”Adalah Rasulullâh Shalallâhu ’alayhi wa sallâm apabila mandi junub, beliau memulainya dengan membasuh kedua telapak tangannya. Setelah itu beliau menuangkan air dengan tangan kanannya untuk membersihkan kemaluannya dengan tangan kirinya. Setelah itu beliau berwudhu’ seperti wudhu’ akan melaksanakan shalat. Selanjutnya, beliau mengambil air, lalu memasukkan jari-jari tangannya pada pangkal rambut kepala. Ketika ha itu telah beliau rasakan merata, beliau lalu menuangkan air sepenuh kedua telapak tangan ke atas kepalanya tiga kali. Setelah itu beliau meratakan air ke seluruh badanya dan terakhir kalinya beliau membasuh kedua kaki.”

Seperti itulah cara Rasulullâh mandi junub.

Hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dalam kitab Shahihnya menceritakan tentang bagaimana Rasulullâh melakukan wudhu’. Ibn ’Abbas radhiyyallâhu’anhum berkata :

”Wudhu’ Rasulullah diawali dengan membasuh wajahnya. Kemudian menciduk air (dengan telapak tangan) untuk berkumur dan untuk dihirupkan ke dalam hidung (dan dikeluarkannya lagi). Setelah itu beliau menciduk air dengan cara begini, yakni dengan kedua telapak tangannya, lalu digunakannya untuk membasuh wajahnya. Setelah itu beliau menciduk air untuk membasuh tangan kanannya, lalu menciduk lagi untuk membasuh tangan kirinya. Setelah itu beliau mengusap kepalanya. Terakhir, beliau menciduk air untuk disiramkan ke kaki kanannya dan membasuhnya hingga merata (sampai) kedua mata kaki), lalu menciduk lagi untuk disiramkan ke kaki kirinya dan membasuhnya hingga merata (seperti kedua mata kaki) pula.” Ibn ’Abbas berkata : ’Begitulah saya melihat Rasulullâh berwudhu’.”

Imam at-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullâh SAW bersabda :
”Jika engkau hendak berwudhu’, maka sela-selailah jari-jari kedua tangan dan kedua kakimu (agar artinya merata).”

Dalam kitab Musnadnya, Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Ayyub bahwa Rasulullâh SAW bersabda :

”Alangkah baiknya di antara umatku orang yang mau menyela-nyelai.” Para sahabat bertanya : ”Siapakah yang mau menyela-nyelai itu, ya Rasulullâh ?” Beliau menjawab; ”Mereka adalah orang yang mau menyela-nyelai ketika berwudhu’ dan mau menyela-nyelai makanan. Menyela-nyelai ketika wudhu’ maksudnya berkumur, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung), dan menyela-nyelai jari-jemarinya (agar air wudhu’nya merata). Adapun menyela-nyelai makanan adalah membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di sela-sela gigi, sebab tidak ada sesuatu yang lebih membuat tidak senang dua orang malaikat, selain melihat sisa makanan yang ada di sela-sela gigi seseorang yang tengah melaksanakan shalat.”

Itulah sabda Rasulullâh SAW yang diungkapkan lebih dari 14 abad lamanya. Lalu apa yang sudah ditemukan oleh kedokteran kontemporer saat ini terkait dengan faidah thahharâh ?

Wallâhu a’lam bi sh-shawâb.

Ooo)) X ((ooO

0 komentar:

Posting Komentar

Berbagi ilmu dengan yang lain akan lebih bermanfaat.