Rabu, Februari 25, 2009

Al-Qur'an sebagai Asy-Syifaa'

Ikhwâfillâh....

Bagaimana cara kita untuk berobat dengan Al-Qur’an, padalah kita tahu bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mengajarkan kepada kita berupa aqidah dan hukum yang ada didalamnya, bukan sebagai buku yang membahas tentang ilmu kedokteran atau pengobatan ?. Apa maksud dari ayat-ayat yang menceritakan tentang penyembuhan dari Al-Qur’an tersebut ?. Mungkinkah kita melakukan pengobatan dari berbagai penyakit al-jasâdi dan ar-rûhî dengan Al-Qur’an ? lalu bagaimana caranya ?

Apakah ilmu kedokteran sekarang mampu menyingkapkan hakikat ilmiah tentang berbagai perkara yang telah diisyaratkan Al-Qur’an, sementara itu hanya merupakan sisi lain dari kemukjizatannya ? Bagaimanakah hubungan antara Al-Qur’an dan ilmu-ilmu kedokteran ? Kalo begitu, dimanakah letak hubungan anatara keduannya ? Bagaimana pula manusia dapat menggunakan beragam kemanfaatan Al-Qur’an yang baru ditemukan akhir-akhir ini dalam berbagai segi kehidupan ?

Apa makna pertannyaan yang diutarakan bahwa dalam Al-Qur’an terdapat perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan manusia dan perhatian terhadap jasmaninya yang tidak kurang bila dibandigkan perhatian Al-Qur’an terhadap akal, hati, jiwa dan perasaan manusa ?

Ikhwâfillâh....
Beragam pertannyaan di atas senantiasa menjadi makin penasaran dalam hati dan pikiran saya, ketika saya mencoba untuk menelaah dan mengkaji Al-Qur’an Al-Karîm lebih dalam lagi. Tujuan saya menulis tentang ilmu kedokteran Islâm ini adalah mencari tsâqafah (wawasan) keilmuan beragam pengobatan yang dimiliki oleh orang-orang Islâm selama 14 abad yang lalu. Di sela-sela kajianku terdapat beragam bentuk ibadah dan pembebanan syara’ (at-takâlif asy-syar’iyyah). Sebab di sana terdapat hubungan yang erat antara beragam bentuk ibadah dan kesehatan manusia.

Segala bentuk ibadah memiliki manfaat bagi ar-rûhî dan al-jasâdi dan dalam setiap perintah illâhî pasti banyak mengandung mashlahat yang besar bagi manusia. Sungguh, ketika seorang muslim melaksanakan apa yang difardukan Allâh SWT kepadanya, berarti senantiasa beliau telah melaksanakan penjagaan yang akan mencegahnya dari berbagai penyakit, baik yang berhubungan dengan jiwa maupun anggota tubuh. Dalam aspek ini, hikmah tentang pengobatan dengan Al-Qur’an semakin tampak jelas…

Al-Qur’an telah mengajarkan kita cara menjaga lingkungan tempat kita hidup agar tidak menjadi bercokolnya berbagai wabah penyakit dan kuman. Ia juga mengajarkan kita agar senantiasa berhati-hati terhadap makanan dan minuman yang biasa kita konsumsi sehari-hari. Karena bias jadi makanan atau minuman yang kita konsumsi mengandung penyakit. Selain itu, ia juga mengajarkan kita bagaimana cara mengobati jiwa kita ketika mendapatkan suatu penyakit atau hal-hal yang tidak menyenangkan hati.

• Lantas bagaimana cara kita mempelajari metode pengobatan dengan Al-Qur’an ?

Sebaiknya kita harus mengambil cahaya Sunnah yang akan menerangi dan menentukan akal kita pada cahaya pemahaman yang benar. As-Sunnah memiliki hubungan yang sangat erat dengan Al-Qur’an Al-Karîm. Allâh SWT telah memerintahkan kepada kita supaya menaati Rasulullâh SAW sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an Al-Karîm yang agung :

”...Apa yang disampaikan (diperintahkan) Rasul kepada kalian, maka amalkanlah dia; dan apa yang dilarangnya bagi kalian,maka tinggalkanlah....” (QS. Al-Hasyr (59) : 7)

Rasulullâh SAW juga telah berwasiat supaya berobat dengan madu dan Al-Qur’an sebagaimana dinyatakan dalam Haditsnya yang mulia :

”Hendaklah kalian berobat dengan dua hal, yaitu madu dan Al-Qur’an.”

Selain itu, Rasulullâh SAW juga telah memerintahkan kepada kita untuk menggunakan berbagai wasilah (perantara) pengobatan ketika sedang sakit, supaya bisa kembali sembuh dan dapat melakukan berbagai aktivitas dan ibadah. Karena itu, kita harus menggunakan obat yang cocok dengan jenis penyakit kita, dengan penuh keyakinan bahwa kesembuhan hanya datang dari Allâh, melalui perantara obat atau hal lainnya.
Ikhwâfillâh....
Dalam Hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam Kitab Sunannya, dinyatakan bahwa Rasulullâh bersabda :

”Sesungguhnya Allâh telah menurunkan penyakit dan obat serta menjadikan setiap penyakit ada obatnya. Karena itu, berobatlah kalian, namun janganlah kalian berobat dengan sesuatu yang haram.”

Rasulullâh SAW telah memperkuat pernyataan tersebut sebagaimana dinyatakan dalam Hadits lain :

”Hendaklah kalian berobat, sebab Allâh tidak menimpakan sesuatu penyakit, melainkan Dia juga telah membuat obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu tua.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Karena As-Sunnah berkaitan erat dengan Al-Qur’an Al-Karîm, maka dapat dinyatakan bahwa ath-thibb an-nabawiy (pengobatan yang telah dipraktekkan dan diperintahkan Nabi) adalah bagian dari pengobatan dengan Al-Qur’an. Berdasarkan hal itu, saya akan memaparkan berbagai keterangan tentang bentuk pengobatan, baik pengobatan dengan Al-Qur’an maupun Hadits Nabi, sebab keduanya bersifat rabitha (saling terikat), baik dari segi wasilah mamupun tujuannya.

Kita mulai dengan thariqâh (metode) yang pertama, yakni pengobatan preventif (ath-thibb al-wiqô’i), sebab segala bentuk ibadah dalam Islâm akan memberikan benteng kepada setiap muslîm terhadap penyakit dan gangguan jinn dan syaithân. Islâm juga memperhatikan keselamatan masyarakat dari berbagai bentuk penyakit baik jasad maupun ruhani.

Ikhwâfillâh....
Pada masa sekarang, pengobatan preventif telah menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri serta memiliki acuan dan kaida-kaidah khusus yang dipelajari di berbagai fakultas kedokteran dunia. Bahwa Al-Qur’an Al-Karîm-lah yang mengarahkan manusia dapat menjaga dan memelihara jiwa, lingkungan serta masyarakat. Ia pula yang telah meletakkan dasar-dasar pengobatan preventif yang sangat bermanfaat bagi manusia. Intinya, bila seseorang ingin mengetahui secara lebih dalam lagi tentang perkembangan ilmu kedokteran Islâm, maka hendaklah mengkaji Al-Qur’an Al-Karîm dan menelaah ayat demi ayat yang mengandung tentang beragam pengobatan. Kenapa Al-Qur’an sangat terjaga kemurnian dari sisi Allâh SWT, karena dengan kebesaran-Nya-lah manusia bisa menggali dan mengkaji Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam menjalankan kehidupan fii dunyâ wal âkihah (di dunia dan akhirat) dan merasakan kekaguman terhadap penciptaan al-kaun (alam semesta), al-insân (manusia) dan al-hayât (kehidupan).

Wallâhu a’lam bi sh-shawâb.

Ooo)) X ((ooO

0 komentar:

Posting Komentar

Berbagi ilmu dengan yang lain akan lebih bermanfaat.